Setelah 7 kultwit singkat Anas Urbaningrum menjadi pembicaraan. Anas Urbaningrum dari balik jeruji besi kembali mengirimkan pesan singkat yang kemudian ditwit oleh admin akun twitter @AnasUrbaningrum dengan tanda *abah.
Tercatat sudah dua kali kultwit singkat yang ditulis oleh Anas Urbaningrum dengan goresan pena tangan.
Berikut salinan lengkap twit Anas Urbaningrum melalui twitter yang diunggah pada 24 Januari 2017. Admin akun twitter @anasurbaningrum menulis bahwa goresan pena tangan yang dikirim oleh Anas yakni kiriman 'kemarin'. Jadi, mungkin Anas Urbaningrum menulisnya pada 23 Januari.
1. Negarawan mengutamakan pupuk. Politisi menyukai karbit. *abah
2. Negarawan memperjuangkan generasi berikutnya. Politisi memperjuangkan keturunan berikutnya. *abah
3. Demokrasi menjunjung kepentingan rakyat. Dinasti memanggul kepentingan anak. *abah
Selain cuitan di atas, Anas Urbaningrum juga menulis surat (tulisan tangan) yang kemudian diunggah oleh admin @anasurbaningrum pada tanggal 27 Januari 2017. Pada cuitan terbaru tersebut, Anas kembali menulis dalam Bahasa Jawa. Susunan kalimat dalam goresan pena yang hanya terdiri dari tiga kalimat cuitan tersebut sama dengan cuitan pertama yang seolah-olah menyerang SBY.
Berikut twit terbaru Anas Urbaningrum secara lengkap.
1. Ya Allah, ingatkan kami "wong urip nggone luput". #ojodumeh *abah
2. Ya Allah, ingatkan kami "wong nandur bakal ngundhuh". #ojodumeh *abah
3. Ya Allah, ampuni kami "mbok menowo wis teko wayahe". #ojodumeh *abah
Tanda pagar (tagar) #ojodumeh merupakan kreasi dari admin sebab dalam surat goresan pena tangan Anas Urbaningrum tidak terdapat tagar tersebut. Adapun arti Ojo Dumeh sanggup dilihat dalam postingan berikut ini:
Tercatat sudah dua kali kultwit singkat yang ditulis oleh Anas Urbaningrum dengan goresan pena tangan.
Berikut salinan lengkap twit Anas Urbaningrum melalui twitter yang diunggah pada 24 Januari 2017. Admin akun twitter @anasurbaningrum menulis bahwa goresan pena tangan yang dikirim oleh Anas yakni kiriman 'kemarin'. Jadi, mungkin Anas Urbaningrum menulisnya pada 23 Januari.
1. Negarawan mengutamakan pupuk. Politisi menyukai karbit. *abah
2. Negarawan memperjuangkan generasi berikutnya. Politisi memperjuangkan keturunan berikutnya. *abah
3. Demokrasi menjunjung kepentingan rakyat. Dinasti memanggul kepentingan anak. *abah
Selain cuitan di atas, Anas Urbaningrum juga menulis surat (tulisan tangan) yang kemudian diunggah oleh admin @anasurbaningrum pada tanggal 27 Januari 2017. Pada cuitan terbaru tersebut, Anas kembali menulis dalam Bahasa Jawa. Susunan kalimat dalam goresan pena yang hanya terdiri dari tiga kalimat cuitan tersebut sama dengan cuitan pertama yang seolah-olah menyerang SBY.
Berikut twit terbaru Anas Urbaningrum secara lengkap.
1. Ya Allah, ingatkan kami "wong urip nggone luput". #ojodumeh *abah
2. Ya Allah, ingatkan kami "wong nandur bakal ngundhuh". #ojodumeh *abah
3. Ya Allah, ampuni kami "mbok menowo wis teko wayahe". #ojodumeh *abah
Tanda pagar (tagar) #ojodumeh merupakan kreasi dari admin sebab dalam surat goresan pena tangan Anas Urbaningrum tidak terdapat tagar tersebut. Adapun arti Ojo Dumeh sanggup dilihat dalam postingan berikut ini:
Arti dan Penjelasan Kata 'Ojo Dumeh'
Inilah arti dan makna yang tersirat dalam cuitan Anas Urbaningrum pada tanggal 24 Januari. Analisis yang dipakai dalam memahami goresan pena Anas Urbaningrum yakni analisis wacana. Yaitu dengan menghubungkan teks wacana dengan teks lain yang ada di sekitarnya. Dilihat dari konteks penulisan maupun konteks latar belakang penulisnya.
Latar belakang Anas Urbaningrum yakni Politisi. Lebih tepatnya yakni politisi Partai Demokrat. Bahkan pernah menjabat Ketua Umum Partai yang kini dipimpin oleh SBY tersebut. Selama ini Anas Urbaningrum sering 'menyerang' SBY. Ketika masih ramai bakal capres, Anas Mengusulkan SBY untuk maju sebagai Cawapres sebab memungkinkan dalam UUD. Sementara kubu SBY menganggap pernyataan Anas tersebut sebagai hinaan. Jadi, SBY dan Anas sudah semenjak usang berseteru.
Maka, pemaknaan terhadap goresan pena Anas kali ini juga tidak jauh dari konteks tersebut.
1. Negarawan mengutamakan pupuk. Politisi menyukai karbit. *abah
2. Negarawan memperjuangkan generasi berikutnya. Politisi memperjuangkan keturunan berikutnya. *abah
3. Demokrasi menjunjung kepentingan rakyat. Dinasti memanggul kepentingan anak. *abah
Ketiga twit di atas sanggup dialamatkan eksklusif kepada SBY. Anas Urbaningrum (dalam goresan pena tersebut) terkesan menuduh SBY semata sebagai Politisi bukan negarawan. Seharusnya seorang negarawan (menurut Anas) mengutamakan pupuk, bukan karbit. Maksudnya, untuk menjadi seorang negarawan harus memupuk alam demokrasi dan kompetisi dalam Demokrasi.
Sementara SBY jamak diketahui mengorbitkan anak sulungnya yang seorang perwira Tentara Nasional Indonesia tiba-tiba dicalonkan menjadi gubernur DKI. Bukannya berporses sedikit demi sedikit, malah maunya instan. Seperti karbit yang tiba-tiba muncul ke permukaan. Karbit yakni salah satu zat kimia yang dipakai untuk mempercepat masaknya buah-buahan (biasanya pisang).
Semakin terang bahwa yang tersirat yakni SBY pada twit kedua yang mengatkan bahwa politisi memperjuangkan keturunan berikutnya. SBY kali ini sedang memperjuangkan keturunannya (anaknya) untuk mejadi gubernur DKI Jakarta.
Di simpulan twitnya, Anas menyindir lagi bahwa seharusnya dalam alam demokrasi yang dianut Indonesia seharusnya yang dijunjung tinggi yakni kepentingan rakyat bukan justru memanggul kepentingan anaknya.
Pada kultwit selanjutnya, Anas memakai bahasa Jawa. Seakan-akan ini yakni tanda (alamat) perihal terjadinya sesuatu.
1. Ya Allah, ingatkan kami "wong urip nggone luput". #ojodumeh *abah
Artinya:
Ya Allah, ingatkan kami (bahwa) orang hidup (menjadi) daerah kesalahan.
2. Ya Allah, ingatkan kami "wong nandur bakal ngundhuh". #ojodumeh *abah
Artinya:
Ya Allah, ingatkan kami (bahwa) orang (yang) menanam (kebaikan) akan memanen (keburukan juga).
3. Ya Allah, ampuni kami "mbok menowo wis teko wayahe". #ojodumeh *abah
Inilah arti dan makna yang tersirat dalam cuitan Anas Urbaningrum pada tanggal 24 Januari. Analisis yang dipakai dalam memahami goresan pena Anas Urbaningrum yakni analisis wacana. Yaitu dengan menghubungkan teks wacana dengan teks lain yang ada di sekitarnya. Dilihat dari konteks penulisan maupun konteks latar belakang penulisnya.
Latar belakang Anas Urbaningrum yakni Politisi. Lebih tepatnya yakni politisi Partai Demokrat. Bahkan pernah menjabat Ketua Umum Partai yang kini dipimpin oleh SBY tersebut. Selama ini Anas Urbaningrum sering 'menyerang' SBY. Ketika masih ramai bakal capres, Anas Mengusulkan SBY untuk maju sebagai Cawapres sebab memungkinkan dalam UUD. Sementara kubu SBY menganggap pernyataan Anas tersebut sebagai hinaan. Jadi, SBY dan Anas sudah semenjak usang berseteru.
Maka, pemaknaan terhadap goresan pena Anas kali ini juga tidak jauh dari konteks tersebut.
1. Negarawan mengutamakan pupuk. Politisi menyukai karbit. *abah
2. Negarawan memperjuangkan generasi berikutnya. Politisi memperjuangkan keturunan berikutnya. *abah
3. Demokrasi menjunjung kepentingan rakyat. Dinasti memanggul kepentingan anak. *abah
Ketiga twit di atas sanggup dialamatkan eksklusif kepada SBY. Anas Urbaningrum (dalam goresan pena tersebut) terkesan menuduh SBY semata sebagai Politisi bukan negarawan. Seharusnya seorang negarawan (menurut Anas) mengutamakan pupuk, bukan karbit. Maksudnya, untuk menjadi seorang negarawan harus memupuk alam demokrasi dan kompetisi dalam Demokrasi.
Sementara SBY jamak diketahui mengorbitkan anak sulungnya yang seorang perwira Tentara Nasional Indonesia tiba-tiba dicalonkan menjadi gubernur DKI. Bukannya berporses sedikit demi sedikit, malah maunya instan. Seperti karbit yang tiba-tiba muncul ke permukaan. Karbit yakni salah satu zat kimia yang dipakai untuk mempercepat masaknya buah-buahan (biasanya pisang).
Semakin terang bahwa yang tersirat yakni SBY pada twit kedua yang mengatkan bahwa politisi memperjuangkan keturunan berikutnya. SBY kali ini sedang memperjuangkan keturunannya (anaknya) untuk mejadi gubernur DKI Jakarta.
Di simpulan twitnya, Anas menyindir lagi bahwa seharusnya dalam alam demokrasi yang dianut Indonesia seharusnya yang dijunjung tinggi yakni kepentingan rakyat bukan justru memanggul kepentingan anaknya.
1. Ya Allah, ingatkan kami "wong urip nggone luput". #ojodumeh *abah
Artinya:
Ya Allah, ingatkan kami (bahwa) orang hidup (menjadi) daerah kesalahan.
2. Ya Allah, ingatkan kami "wong nandur bakal ngundhuh". #ojodumeh *abah
Artinya:
Ya Allah, ingatkan kami (bahwa) orang (yang) menanam (kebaikan) akan memanen (keburukan juga).
3. Ya Allah, ampuni kami "mbok menowo wis teko wayahe". #ojodumeh *abah
Ya Allah, ampuni kami, siapa tahu (ini) sudah datang waktunya.
Dalam menganalisis ini, saya menghubungkan twit Anas dengan dua hal besar yang terjadi akhir-akhir ini. Yaitu: Grasi untuk Antasari Azhar, dan OTT Patrialis Akbar.
Antasari Azhar ditangkap dan ditersangkakan saat memproses kasus aturan famili SBY. Selain itu, Antasari Azhar mengajukan pengampunan sanksi pada masa SBY dan tidak pernah disetujui.
Begitu juga dengan Patrialis Akbar. Hakim MK ini merupakan tunjukan SBY yang tidak diganti oleh SBY meskipun sudah pernah digugat oleh LSM yang mempermasalahkan penunjukannya.
Twit Anas ini seolah-olah berkata bahwa ini sudah waktunya orang yang menanam keburukan akan mendapat keburukan juga. Karena memang, insan yakni tempatnya salah.
Entahlah....
Tanya Anas Urbaningrum saja kalau ingin lebih spesifik. :)
Buat lebih berguna, kongsi: