Gempa Bumi: Pengertian, Jenis-Jenis, & Skala Richter

Gempa Bumi merupakan hal yang sering terjadi di Negara kita, Indonesia. Tiga lempeng tektonik yang melewati Indonesia menciptakan negara kita rawan terjadi gempa. Makara secara alami, negeri kita memang negeri gempa. Kenyataan ini bukan untuk ditakuti, tetapi untuk diwaspadai bahwa gempa sanggup terjadi kepan saja di negara kita. Tapi apakah bahwasanya gempa itu? Bagaimana Gempa sanggup terjadi? Bagi sobat yang belum mengetahui, pada kesempatan kali ini akan membahas secara lengkap mengenai Gempa Bumi baik dari pengertian, proses terjadinya, klasifikasinya, dan skala pengukurannya. Semoga bermanfaat. Check this out!!!

 merupakan hal yang sering terjadi di Negara kita Gempa Bumi: Pengertian, Jenis-jenis, & Skala Richter

A. Pengertian Gempa Bumi

Gempa bumi (earthquake) ialah getaran yang berasal dari dalam bumi dan merambat hingga ke permukaan bumi disebabkan oleh adanya tenaga endogen.

Ilmu yang secara khusus mempelajari gempa disebut seismologi, sedangkan ilmuwan yang mengkhususkan diri untuk mempelajari gempa disebut seismolog. Mereka memakai alat pengukur yang disebut seismograf atau seismometer. Alat tersebut dipakai untuk mencatat pola gelombang gempa atau seismik dengan memerhitungkan kekuatan sekaligus usang terjadinya gempa.

BACA JUGA: Litosfer (Lapisan Kerak Bumi)

B. Proses Terjadinya Gempa Bumi 

Lempeng-lempeng kerak bumi bergerak perlahan saling bergesekan, menekan, dan mendesak bebatuan. Akibatnya, tekanan bertambah besar. Jika tekanannya besar, bebatuan di bawah tanah akan pecah dan terangkat. Pelepasan tekanan ini merambatkan getaran yang mengakibatkan gempa bumi. Setiap tahun, terjadi sekitar 11 juta gempa bumi dan 34.000-nya tergolong kuat.

Gempa bumi itu merambat melalui tiga macam getaran, sebagai berikut.

1. Getaran Longitudinal (Merapat-Merenggang)
Getaran berasal dari hiposentrum dan bergerak melalui dalam bumi dengan kecepatan tinggi, yaitu 7–14 km per jam. Getaran ini terjadi paling awal dan merupakan getaran pendahuluan yang pertama sehingga disebut getaran primer (P). Getaran ini belum menimbulkan kerusakan.

2. Getaran Transversal (Naik-Turun)
Getaran transversal atau naik turun berasal dari hiposentrum dan juga bergerak melalui dalam bumi dengan kecepatan antara 4–7 km per jam. Getaran ini tiba sesudah getaran longitudinal dan merupakan getaran pendahuluan kedua sehingga disebut getaran sekunder (S). Getaran ini juga belum menimbulkan kerusakan.

3. Getaran Gelombang Panjang
Getaran ini berasal dari episentrum dan bergerak melalui permukaan bumi dengan kecepatan antara 3,8–3,9 km per jam. Getaran ini datangnya paling akhir, tetapi merupakan getaran pokok yang sering menimbulkan kerusakan.

Beberapa istilah yang bekerjasama dengan gempa bumi, yaitu sebagai berikut.

  • Hiposentrum, yaitu titik sentra terjadinya gempa yang terletak di lapisan bumi kepingan dalam.
  • Episentrum, yaitu titik sentra gempa bumi yang terletak di permukaan bumi, tegak lurus dengan hiposentrum.
  • Fokus, yaitu jarak antara hiposentrum dan episentrum.
  • Isoseista, yaitu garis pada peta yang menghubungkan daerah-daerah yang mengalami intensitas getaran gempa yang sama besarnya.
  • Pleistoseista, yaitu garis pada peta yang menunjukkan kawasan yang paling berpengaruh mendapatkan goncangan gempa. Daerah tersebut terletak di sekitar episentrum.
  • Homoseista, yaitu garis pada peta yang menghubungkan kawasan yang mendapatkan getaran gempa yang pertama pada waktu yang bersamaan.


C. Klasifikasi Gempa Bumi

Berdasarkan faktor penye babnya, gempa bumi sanggup dibedakan antara lain sebagai berikut.

1. Gempa Runtuhan (Fall Earthquake)
Gempa runtuhan terjadi lantaran turunnya atau runtuhnya tanah, dan biasa terjadi pada kawasan tambang yang berbentuk terowongan, pegunungan kapur, atau lubang. Di dalam pegunungan kapur terdapat gua-gua dan ponor-ponor (luweng) yang terjadi proses lantaran pelarutan (solusional). Jika atap gua atau lubang itu gugur, timbullah gempa runtuhan meskipun ancaman yang ditimbulkan relatif kecil dan getaran hanya terjadi di sekitar lokasi runtuhan.

2. Gempa Vulkanik (Volcanic Earthquake)
Gempa vulkanis terjadi lantaran efek yang ditimbulkan oleh meletusnya gunung api. Jika gunung api akan meletus, timbullah tekanan gas dari dalam sumbat kawahnya yang mengakibatkan terjadinya getaran yang disebut gempa vulkanis. Dalam banyak peristiwa, gempa bumi ini mendahului terjadinya erupsi gunungapi, tetapi lebih sering terjadi dalam waktu bersamaan. Getaran gempa vulkanik lebih terasa jikalau dibandingkan getaran gempa runtuhan, getarannya terasa di kawasan yang lebih luas. Contoh gempa vulkanis ialah gempa yang disebabkan oleh letusan Gunung Tambora. Gunung Tambora pada tahun 1815 meletus dengan dahsyat hingga menewaskan 92.000 orang. Karena kedahsyatannya tercatat dalam sejarah dunia. Kehebatan letusannya tercatat sekitar 6 juta kali kekuatan bom atom.

3. Gempa Tektonik (Tectonic Earthquake)
Gempa tektonik terjadi lantaran gerak ortogenetik. Daerah yang sering kali mengalami gempa ini ialah kawasan pegunungan lipatan muda, yaitu kawasan Sirkum Mediterania dan rangkaian Sirkum Pasifik. Gempa ini sering menjadikan perpindahan tanah, sehingga gempa ini disebut gempa dislokasi. Bahaya gempa ini relatif besar lantaran tanah sanggup terjadi pelipatan atau bergeser. Gempa ini mempunyai kekuatan yang sangat besar dan sebarannya mencakup kawasan sangat luas. Salah satu misalnya menyerupai gempa bumi yang terjadi di bumi Nanggroe Aceh Darussalam.

Berdasarkan kedalaman hiposentrumnya, gempa sanggup dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut.

1. Gempa Dangkal
Gempa dangkal mempunyai kedalaman hipo sentrum kurang dari 100 km di bawah permukaan bumi.

2. Gempa Menengah
Gempa menengah mempunyai kedalaman hiposentrum antara 100 km–300 km di bawah permukaan bumi.

3. Gempa Dalam
Gempa dalam mempunyai kedalaman hipo sentrum antara 300–700 km di bawah permukaan bumi. Sampai ketika ini tercatat gempa terdalam yaitu 700 km.

Berdasarkan Intensitasnya, gempa sanggup dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Makroseisme
Makroseisme yaitu gempa yang sanggup diketahui tanpa alat lantaran intensitasnya yang besar;

2. Mikroseisme
Mikroseisme yaitu gempa yang hanya sanggup diketahui dengan memakai alat lantaran intensitasnya yang kecil sekali.

D. Skala Richter

Untuk mengetahui intensitas kekuatan gempa maka dipakai skala intensitas gempa. Salah satu skala yang biasa dipakai ialah Richter Magnitude Scale (Skala Richter). Sakal Richter dikembangkan oleh jago seismologi Amerika berjulukan Charles Richter. Richter memilih dasar skalanya pada magnitudo dengan meng gunakan rentang angka 1 hingga 9, semakin besar angka maka semakin besar magnitudonya. Berikut ini ialah skala gempa berdasarkan Richter.

 merupakan hal yang sering terjadi di Negara kita Gempa Bumi: Pengertian, Jenis-jenis, & Skala Richter

Terima kasih sudah berkenan membaca artikel Geografi di atas wacana Gempa Bumi, supaya sanggup bermanfaat dan menambah pengetahuan sobat sekalian. Apabila ada suatu kesalahan baik berupa penulisan maupun isi, mohon kiranya kritik dan saran yang membangun untuk kemajuan bersama. Jangan lupa like dan share ke teman-teman lainnya ya. ^^Maju Terus Pendidikan Indonesia^^
Buat lebih berguna, kongsi:

Contoh Permintaan Pengajian Pelantikan Masjid / Mushola

Contoh Undangan Pengajian Peresmian Masjid / Musholla. Surat undangan merupakan surat yang memberitahukan, mengajak, suatu usul atau permo...

close