Pantun merupakan karya sastra yang tergolong jenis puisi lama. Pantun sudah menjadi darah daging dari kesusasteraan di Nusantara. Peran patun dari zaman ke zaman berubah seiring arus moderenisasi. Pantun dulu merupakan karya sastra yang digunakan dalam beberapa program sopan santun contohnya pernikahan. Sisa-sisa kebudayaan tersebut kini masih ada di kebudayaan Betawi yaitu dikala program komitmen nikah biasanya ada ‘Perang Pantun’ antar ke dua calon mempelai pengantin. Tapi yakinkah teman-teman sudah paham betul ihwal pantun? Tenang, pada kesempatan kali ini akan menghadirkan klarifikasi pantun secara lengkap baik pengertian, ciri-ciri, fungsi, dan macam-macam pantun. Semoga bermanfaat. Check this out!!!
Daftar Isi:
A. Pengertian Pantun
B. Ciri-ciri Pantun
C. Fungsi Pantun
D. Macam-macam Pantun
A. Pengertian Pantun
Menurut Dr. R. Brandstetter, asal mula kata 'pantun' berasal dari kata 'tun' yang terdapat dalam bahasa Nusantara, contohnya dalam bahasa Pampanga ada 'tuntun' yang berarti teratur, dalam bahasa Tagalog ada 'tonton' yang berarti bercakap berdasarkan hukum tertentu; dalam bahasa Jawa Kuno 'atuntun' yang berarti teratur; dan dari bahasa Toba ada 'pantun' yang berarti kesopanan dan kehormatan.
Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama. Lazimanya pantun teridiri atas empat baris (walaupun ada yang hanya terdiri dari dua baris bahkan lebih), setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, bersajak simpulan dengan referensi a-b-a-b dan a-a-a-a. Pantun pada mulanya merupakan sastra verbal namun kini dijumpai pantun yang tertulis.
Menurut seorang pengkaji Budaya Melayu berjulukan R.O. Winsted, pantun bukanlah sekedar gubahan kata-kata yang mempunyai rima dan irama, tetapi merupakan rangkaian kata yang indah untuk menggambarkan kehangatan ibarat cinta, kasih sayang, dan rindu dendam penuturnya. Dengan kata lain, pantun mengandung inspirasi yang kreatif dan kritis, serta kandungan makna yang padat.
Pantun ialah salah satu jenis puisi usang yang terdiri dari empat baris dengan setiap barisnya terdiri dari 8-12 kata, bersajak simpulan dengan referensi a-b-a-b atau a-a-a-a yang berfungsi sebagai penyampai pesan dan pergaulan.
Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian; sampiran dan isi. Sampiran ialah dua baris pertama yang kerap kali berkaitan dengan alam (misalnya: mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya). Namun banyak juga pantun yang tidak mempunyai kekerabatan dengan bab kedua (isi). Sampiran pada pantun jenis tersebut hanya bertujuan mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir pada pantun merupakan isi yang menjadi tujuan dari pantun tersebut.
Ciri-ciri pantun sanggup dilihat berdasarkan bentuknya. Ciri-ciri ini dihentikan diubah. Jika diubah, pantun tersebut akan menjadi seloka, gurindam, atau bentuk puisi usang lainnya. Ciri-ciri pantun ialah sebagai berikut:
- Tiap bait terdiri atas empat baris (larik).
- Tiap baris terdiri atas 8 hingga 12 suku kata.
- Rima simpulan setiap baris ialah a-b-a-b atau a-a-a-a.
- Dua baris pertama merupakan sampiran.
- Dua baris terakhir merupakan isi.
Zaman dahulu pantun menduduki kawasan yang penting dalam kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat Melayu. Pantun banyak digunakan dalam permainan kanak-kanak, dalam percintaan, upacara peminangan dan pernikahan, nyanyian, dan upacara adat. Selain itu, pantun juga mempunyai fungsi lain yaitu:
- Pantun berfungsi sebagai alat pemelihara bahasa.
- Pantun berperan sebagai penjaga fungsi kata dan kemampuan menjaga alur berfikir.
- Pantun melatih seseorang berfikir ihwal makna kata sebelum berujar.
- Pantun juga melatih orang berfikir asosiatif, bahwa suatu kata bisa mempunyai kaitan dengan kata yang lain.
- Secara sosial, pantun mempunyai fungsi pergaulan yang kuat.
- Secara umum, pantun mempunyai fungsi sebagai alat penguat penyampaian pesan.
Berdasarkan bentuknya, pantun dikelompokkan menjadi beberapa jenis, antara lain sebagai berikut:
1. Pantun Biasa
Pantun ini ialah jenis pantun yang sering kita dengar. Pantun ini mempunyai empat bari dan iramanya a-a-b-b ibarat yang dijelaskan di ciri-ciri pantun di atas.
Contoh:
Dari mana datangnya lintah
Dari sawah turun ke kali
Dari mana datangnya cinta
Dari mata turun ke hati
2. Pantun Seloka (Pantun Berkait)
Pantun berkait, pantun berantai, atau seloka ialah pantun yang terdiri atas beberapa baris. Pantun ini terdiri atas beberapa bait yang sambungmenyambung. Hubungannya sebagai berikut: Baris kedua dan baris keempat pada bait pertama digunakan kembali pada baris pertama dan ketiga pada bait kedua. Demikian pula kekerabatan antara bait kedua dan ketiga, ketiga dan keempat, dan seterusnya.
Contoh:
Sarang garuda di pohon beringin
Buah kemuning di dalam puan
Sepucuk surat dilayangkan angin
Putih kuning sambutlah Tuan
Buah kemuning di dalam puan
Dibawa dari Indragiri
Putih kuning sambutlah Tuan
Sambutlah dengan si tangan kiri
Dibawa dari Indragiri
Kabu-kabu dalam perahu
Sambutlah dengan si tangan kiri
Seorang makhluk janganlah tahu
3. Talibun
Talibun ialah pantun yang susunannya terdiri atas enam, delapan, atau sepuluh baris. Pembagian baitnya sama dengan pantun biasa, yaitu terdiri atas sampiran dan isi. Jika talibun itu terdiri atas enam baris, tiga baris pertama merupakan sampiran dan tiga baris berikutnya merupakan isi.
Contoh Talibun enam baris:
Selasih di rimba Jambi
Rotan ditarik orang Pauh
Putus akarnya di jerami
Kasih pun gres dimulai
Tuan bawa berjalan jauh
Itu menghina hati kami
Contoh Talibun delapan baris:
Pasir bulan dalam perahu
Berlabuh ihwal watu bara
Berkiawan kemudian ke tepian
Ketika menghadap kemudinya
Kasih tuan hambalah tahu
Bagai orang menggenggam bara
Rasa hangat dilepaskan
Begitu benar malah kiranya
Contoh Talibun sepuluh baris:
Ditatah sarat bunga kondai
Bertikam berhulu gading
Terang bertirai sutra
Bersulam bersuji manik
Rendah beri berturab
Kebesaran basa nan empat balai
Tuan Pagi di padang ganting
Tuan Indomo di Siiroso
Datuk Machndun di Si Manik
Bendahara di sungai Tarab
4. Pantun Kilat (Karmina)
Pantun kilat atau karmina ialah pantun yang terdiri atas dua baris. Baris pertama merupakan sampiran dan baris kedua merupakan isinya.
Contoh:
Gendang gendut, tali kecapi
Kenyang perut, senanglah hati
Pinggan tak retak, nasi tak ingin
Tuan tak hendak, kami tak ingin
Sudah gaharu, cendana pula
Sudah tahu, bertanya pula
Berdasarkan isinya, pantun dikelompokkan menjadi beberapa jenis, antara lain sebagai berikut:
1. Pantun Anak-anak
Contoh:
Elok rupa kembang jati
Dibawa itik pulang petang
Tidak terkata besar hati
Melihat ibu sudah datang
2. Pantun Muda
Pantun Muda biasanya berisikan tema-tema ibarat perkenalan, percintaan, perpisahan, jenaka (lucu).
- Pantun perkenalanContoh:Pulang tamasya bawa belanjaNenek menangis di tepi telagaSenang rasanya bisa berjumpaCewek anggun ibarat Anda
- Pantun percintaanContoh:Coba-coba menanam mumbangMoga-moga tumbuh kelapaCoba-caba menanam sayangMoga-moga menjadi cinta
- Pantun perpisahanContoh:Pucuk pauh delima batuAnak sembilang di tapak tanganBiar jauh di negeri satuHilang di mata di hati jangan
- Pantun jenakaContoh:Ambil segulung rotan sagaSudah diambil mari diurutDuduk melongo harimau tuaMelihat kambing mencabut janggut
- Pantun teka-tekiContoh:Jika tuan membeli tikarTikar anyaman dari mengkuanKalau tuan bijak pintarUlar apa membelit pinggang?
3. Pantun Orang Tua
Seperti pantun muda, pantun orang bau tanah juga berisikan teman-tema ibarat nasehat, adat, dan agama.
- Pantun nasehatContoh:Kalau keladi sudah ditanamJangan lagi meminta talasKalau akal sudah ditanamJangan lagi meminta balas
- Pantun adatContoh:Berek-berek turun ke semakDari semak turun ke padiDari nenek turun ke mamakDari mamak turun ke bumi
- Pantun agamaContoh:Cari lebah bersarang besarJangan tersengat racun berbisaJanji Allah ialah benarJangan tertipu kehidupan dunia
Terima kasih sudah berkenan berkunjung dan membaca artikel di atas ihwal Pantun, biar bisa bermanfaat dan menambah pengetahuan teman-teman sekalian. Apabila ada suatu kesalahan baik berupa penulisan maupun isi, mohon kiranya kritik dan saran yang membangun untuk kemajuan bersama. Jangan lupa like dan share juga ya. ^^Maju Terus Pendidkan Indonesia^^
Buat lebih berguna, kongsi: