Jenis-Jenis Insan Purba Di Indonesia

Manusia Purba Manusia diciptakan oleh Tuhan YME dibekali dengan hati nurani dan nalar yang cerdas. Unsur nalar inilah yang membedakan insan dengan binatang. Dengan akalnya insan selalu bertahan demi kelangsungan hidupnya. Makhluk senjenis ini sudah ada semenjak ratusan bahkan ribuan tahun sebelum Masehi. Pada fase awal kehidupan dikenal adanya tahapan atau zama yang disebut dengan nirleka atau praaksara. hal ini untuk menandai bahwa ketika itu belum dikenal adanya tulisan. kata nierleka berasal dari kata nir yang berarti tanpa dan leka yang berarti tulisan. Begitu juga praaksaran berasal dari kata pra yang berarti sebelum dan karakter yang berarti tulisan, jadi praaksara berarti zaman sebelum mengenal tulisan. Praaksara sering disebut juga dengan zaman prasejarah. Nah, pada kesempatan kali ini akan membahas perihal Manusia Purba yang ada di Indonesia yang mencakup jenis dan ciri-cirinya. Semoga bermnafaat. Check this out!!!


 Manusia diciptakan oleh Tuhan YME dibekali dengan hati nurani dan nalar yang cerdas Jenis-jenis Manusia Purba di Indonesia
Jenis-jenis Manusia Purba di Indonesia

Pada tahun 1889, spesialis dari Belanda, B.D. Von Reitschoten, menemukan sebuah tengkorak di Desa Wajak, Tulungagung ketika sedang mencari marmer. Untuk meyakinkan penemuannya, B.D. Von Reischoten mengirim tenkorak ini kepada Eugene Dubois. Ternyatan Eugene Dubois sendiri tertarik untuk melaksanakan pencairan dan penelitian ke Indonesia. Mula-mula ia pergi ke Sumatera Barat, tetapi tidak menemukan kerangka insan menyerupai yang dimaksud. Ia kemudian pergi ke Jawa dan pada tahun 1890, berhasil menemukan tenkoran insan purba di Sungai Bengawan Solo, tepatnya di tempat Trinil, Kabupaten Ngawi.

Penemuan Eugene Dubois di Trinil menarik perhatian para andal yang lain untuk tiba ke Indonesia. Sebagai contohn, yaitu tim yang dipimin oleh Nyonya Selenka. Mereka berusaha menemukan kerangka insan purba, namun hanya menemukan fosil-fosil binatang dan tumbuhan. Sekalipun demikian, inovasi tersebut mempunyai arti penting terutama untuk mengetahui kondisi lingkungan dan kehidupan ketika itu. Pada tahun 1931-1933, G.R.H. Von Koenigwald, Ter Haar, dan Oppenoorth melaksanakan penyelidikan dan berhasil menemukan beberapa tengkorak dan fosil insan purba di tempat Ngandong (Kabupaten Blora). Tahun 1936 dan 1941, Von Koenigswald bersama F. Weidenreich melanjutkan penyelidikan dengan suatu impian mendapat banyak sekali inovasi untuk melengkap penemuan-penemuan sebelumnya.
Setelah Indonesia merdeka, penyelidikan perihal insan purba dilanjutkan oleh para andal dari Indonesia sendiri. Tokoh dan peneliti yang terkenal, antara lain Prof. Dr. T. Jacob yang melanjutkan penyelidikan di sekitar Sangiran dan sepanjang lembah Bengawan Solo.

Dari beberapa kajian dan hasil penelitian dari beberapa andal menyerupai diuraikan di atas, sanggup diklasifikasikan beberapa janis makhluk yang oleh banyak andal dinamakan sebagai insan purba. Terdapat beberapa jenis manusuia purba yang ditemukan di Indonesia, beberapa dikelompokan berdasarkan jenis-jenisnya sebagai berikut:

1. Kelompok Meganthropus

Pada tahun 1936 dan 1941, Von Koenigswald bersama F. Weidenreich melaksanakan penyelidikan di tempat Sangiran. Dalam penyelidikan tersebut berhasil ditemukan tulang rahang insan bab bawah dan atas. Dari inovasi tersebut diperkirakan bentuk rahang dan gerahamnya cukup besar. Setelah direkonstruksi, ternyata insan purba tersebut memang bertubuh besar. Oleh alasannya itu, insan purba ini disebut Meganthropus. Megas artinya besar atau raksasa dan anthropos artinya manusia. Makara Meganthropus merupakan insan purba raksasa. Jenis Meganthropus hasil penelitian Von Koensigwald kemudian dikenal dengan nama Meganthropus Palaeojavanicus, artinya insan raksasa dari Jawa. Jenis insan ini mempunyai rahang dan otot kunyah yang berpengaruh dengan tubuh yang tegap dan kekar. Mukanya masif dengan tulang pipi yang tebal, tonjolan kening menyolok, dan otot-otot tengkuk yang kuat, dan dagu yang hampir tidak tampak. Diperkirakan jenis insan purba ini umumnya memakan tumbuh-tumbuhan. Masa kehidupan diperkirakan sekitar dua hingga satu juta tahun yang lalu, bebertepatan dengan zaman Pleistosen Awal.

2. Kelompok Pithecanthropus

Dari hasil penyelidikan, tenryata fosil kelompk insan purba yang paling banyak ditemukan di Indonesia yaitu dari kelompok Pithecanthropus. Fosil Pithecantropus ditemukan pertama kali oleh Eugene Dubois dalam penelitiannya di tempat Trinil dan Sangiran pada tahun 1890. Hasil-hasil temuan itu kemudian direkonstruksi sehingga terbentuklah sebuah kerangka insan yang masih telihat gejala monyet (makhluk dengan tubuh antara monyet dan manusia). Oleh alasannya itu, temuan Eugene Dubois disebut dengan Pithecanthropus Erectus atau manusa monyet yang berjalan tegak.

Di Indonesia, selain Pithecanthropus Erectus, juga ditemukan Pithecanthropus Mojokertensis yang fosilnya ditemukan di Jetis bersahabat Mojokerto, Jawa Timur. Kehidupan mereka kira-kira pada zaman Pleistosen Tengah. Jenis yang ketiga dari kelompok Pithecanthropus yaitu Pithecanthropus Robustus. Fosil ini ditemukan pada tahun 1939 di Trinil. Fosil ini juga diperkirakan sejenis dengan Pithecanthropus Mojokertensis. Pithecanthropus Robustus kira-kira hidup pad amasa Pleistosen Tengah.

Berikut ini merupakan ciri-ciri dari kelompok Pithecanthropus antara lian:
  • tinggi tubuh sekitar 165-180 cm dengan berat sekitar 100 kg;
  • badannya tegap, tetapi tidak setegap jenis Meganthropus;
  • hidungnya lebar dengan tulang pipi yang berpengaruh dan menonjol;
  • rahang dan geraham tampak kuat;
  • tulang atap tenkorak tebal dengan bentuk keseluruhan lonjong;
  • berjalan tegak, tetapi belum tepat (saat tertentu masih berjalan dengan empat kaki); dan
  • diperkirakan tidak hanya memakan tumbuh-tumbuhan tetapi juga merupakan makhluk hidup omnivora (pemakan segala).


Kelompok Pithecanthropus diperkirakan hidup pada masa Pleistosin Awal, Tengah, dan Akhir, antara dua sperempat hingga satu seperempat juta tahun yang lalu. Diperkirakan populasi jenis Pithecanthropus Erectus di Jawa mencapai seperempat juta jiwa. Selain di Jawa, jenis ini juga terdapat di Sumatra, Kalimantan, dan munkin juga di Sulawesi. Kelompok Pithecanthropus juga berkembang di Cina, contohnya jenis Sinanthropus Pekinensis (manusia monyet dari Peking). Spesies ini sejenis dengan Pithecantropus Erectus dari Jawa.

3. Kelompok Homo

Selain jenis Meganthropus dan Pithecanthropus, ditemukan pula insan purba jenis gres yang disebut jenis Homo. Dalam penggalian yang diadakan antara tahun 1931-1934 oleh Ter Haar dan Ir. Oppenoorth ditemukan sebelas buah fosil tengkorak di Desa Ngandong, Kabupaten Blora, dan juga di lembah Sungai Bengawan Solo. Beberapa tengkorak sudah hancur tetapi masih sanggup menawarkan petunjuk. Setelah diteliti oleh Koenigswald, disimpulkan bahwa insan purba tersebut tingkatannya sudah lebih tinggi dibandingkan Pithecanthropus bahkan sudah lebih mendekati insan atau Homo. Oleh alasannya itulah temuan tersebut diberi nama Homo Soloensis atau Manusia Solo alasannya ditemukan di lembah Sungai Bengawan Solo. Isi tengkoraknya berkisar antara 1350-1450 cc. Bandingkan dengan isi tengkorak Pithecanthropus yang diperkirakan hanya 900 cc, sementara isi otak monyet tertinggi hanya 600 cc. Kemudia, Koenigswald meneliti fosil tengkork yang sudah di temukan di Wajak, bersahabat Tulungagung pada tahun 1889. Hasilnya mengambarkan bahwa foisl tersebut sanggup dimasukkan ke dalam jenis Homo, dan diberi nama Homo Wajakensis. Hanya saja, berdasarkan Dubois, Homo Wajakensis lebih banyak persamaanya dengan penduduk orisinil benua Australia. Ada dugaan bahwa Homo Wajakensis tersebut merupakan nenek moyang penduduk orisinil Australia. 

Dapat disimpulkan, maunisa purba kelompok Homo mempunyai ciri-ciri antara lain:
  • tinggi tubuh kurang lebih 130-210 cm dengan berat bedan sekitar 30-150 kg;
  • isi tenkorak berkisar 1350-1450 cc;
  • tulang dahi dan bab belakang tengkorak sudah membulat dan tinggi;
  • alat pengunyah, rahang, gigi, dan otot tengkuk sudah mengecil;
  • muka tidak beigut menonjol ke depan;
  • berjalan dan berdiri sudah tegak secara sempurna; dan
  • mereka sudah menciptakan alat-alat dari kerikil atau tulang.

Dengan memperhatikan ciri-ciri tersebut, dapatlah dikatakan insan kelompok Homo sebagai insan yang sempurna. Oleh alasannya itu, kelompok Homo yang ditemukan di Wajak oleh para andal disebutnya sebagai Homo Sapiens yang artinya insan cerdas (berakal sempurna). Homo Sapiens yaitu jenis insan yang sesungguhnya. Jenis Homo ini diperkirakan sudah hidup semenjak 40.000 tahun yang lalu.

BACA JUGA: Mengenal Zaman Prasejarah/Praaksara

Demikian klarifikasi mengenai Manusia Purba yang ada di Indonesia, agar sanggup bermanfaat dan menambah pengetahuan teman-teman sekalian perihal sejarah yang ada di Indonesia dan dunia. Tidak lupa, jikalau ada suatu kesalahan dari artikel di atas, mohon kiranya kritik dan saran yang membangun untuk kemajuan bersama. Jangan lupa like dan share ke teman-teman lainnya juga ya. Terima kasih... ^^Maju Terus Pendidikan Indonesia^^
Buat lebih berguna, kongsi:

Trending Kini:

Contoh Permintaan Pengajian Pelantikan Masjid / Mushola

Contoh Undangan Pengajian Peresmian Masjid / Musholla. Surat undangan merupakan surat yang memberitahukan, mengajak, suatu usul atau permo...