Kumpulan Pantun Penutup Pidato yang Menarik
Pantun yaitu karya sastra yang tak lekang dimakan zaman. Pantun tetap hidup, tumbuh dan lestari dalam masyarakat. Digunakan secara impulsif dengan pilihan kata yang mengikuti zaman. Selain itu, tema yang diangkat juga tetap mengikuti keadaan.
Pantun, yang identik dengan karya sastra verbal tidak sekadar identik dengan bangsa dan suku melayu, melainkan juga sanggup diterima oleh seluruh masyarakat Indonesia. Salah satu wujud eksistensinya pantun di tengah masyarakat modern, sebagian tokoh dipastikan memunculkan pantun segar di sela-sela ucapannya.
![]() |
Fajri - Kacong Situbondo | Foto: Muntijo |
Misalnya, mantan menteri komunikasi dan infromasi, Tifatul Sembiring. Tokoh yang erat dipanggil dengan nama Pak Tif ini, sering menciptakan pantun di tamat pernyataannya. Tokoh lain yang suka berpantun ria yaitu Saifullah Yusuf, Mantan Ketua PP GP Ansor yang sekarang menjadi Wakil Gubernur Jawa Timur.
Tifatul Sembiring yaitu orang Sumatera, namanya saja sembiring niscaya masih keturunan Batak, ia berpantun. Saifullah Yusuf, yang erat dipanggil Gus Ipul, orang Jawa deles, ia juga identik dengan pantun.
Pantun sanggup dipakai untuk menyegarkan suasana ketika berpidato. Bisa dipakai sebagai pembuka, di tengah-tengah pidato, atau sebagai epilog pidato.
Dalam goresan pena ini, contoh-contoh pantun yang ditampilkan yaitu pola pantun yang pas kalau dijadikan sebagai epilog sebuah pidato:
Contoh Pantun I
Makan rumput di tengah hutan
Hutannya ditumbuhi pohon jati
Jika ada kesalahan dalam ucapan
Mohon tidak dimasukkan dalam hati
Pohon jati berjajar di tepian
Di tengah-tengahnya sudah bersih
Dari kami cukup sekian
Kurang lebihnya terima kasih
Contoh Pantun II
Negeri ini namanya Indonesia
Pulau berjajar menyambung lautan
Cukup sekian pidato saya
Kalau kelebihan mohon diamaafkan
Lautan luas menampung rindu
Rindu beranjak menembus batas
Jika salah bukan dari kalbu
Sebatas bercanda tertawa lepas
Contoh Pantun III
Kalau sudah renta jalannya dituntun
Memakan kerupuk tinggal separo
Saya tidak biasa berpantun
Berpantun hanya ketika pidato
Kitab suci namanya mushaf
Kitab cinta haruslah berarti
Jika salah kami mohon maaf
Kami mohon hadirin mengerti
Di depan namanya berhadapan
Tidak perlu memegang belati
Setiap kata yang diucapkan
Tak bermaksud menyakiti hati
Demikian pola pantun yang sanggup dipakai sebagai epilog pidato. Masing-masing pantun di atas sanggup dipakai sebagai penutup. Bisa diadaptasi dan sanggup dimodifikasi sesuasi dengan tema pidato.
LIHAT JUGA: CONTOH PANTUN YANG LAIN
LIHAT JUGA: CONTOH PANTUN YANG LAIN
Selamat berpidato, selamat berpantun!
Buat lebih berguna, kongsi: