Pengertian Aturan Pemantulan Bunyi, Macam-Macam Dan Manfaat Pemantulan Bunyi

Berikut ini merupakan pembahasan wacana pengertian pemantulan bunyi, aturan pemantulan bunyi, macam-macam bunyi pantul, pengertian gema, pengertian kerdan, pengertian gaung, manfaat pemantulan bunyi dan manfaat bunyi pantul.

Pengertian Pemantulan Bunyi

Jika kau berteriak menghadap bukit berdinding terjal, apa yang kau dengar?

Ketika kau mendengar bunyi petir, mungkin kau juga akan mendengar bunyi susulan yang merupakan gema bunyi aslinya.

Suara susulan ini terjadi jawaban adanya bunyi yang menumbuk dinding penumbuk, kemudian dipantulkan oleh dinding itu. Tidak semua bunyi yang mengenai dinding pemantul akan dipantulkan.

Ada sebagian bunyi tersebut yang diserap dinding pemantul. Kemampuan suatu permukaan dalam memantulkan bunyi tergantung pada keras lunaknya permukaan.

1. Hukum pemantulan bunyi

Pemantulan bunyi mengikuti suatu aturan aturan pemantulan bunyi sebagai berikut.
“Bunyi datang, garis normal, dan bunyi pantul terletak dalam satu bidang datar. Sudut tiba sama besar dengan sudut pantul”.
Sudut datang yakni sudut antara bunyi tiba dengan garis normal. Sudut pantul yakni sudut antara bunyi pantul dengan garis normal. Garis normal yakni garis tegak lurus bidang pantul melalui titik jatuh bunyi datang.
Berikut ini merupakan pembahasan wacana pengertian pemantulan bunyi Pengertian Hukum Pemantulan Bunyi, Macam-macam dan Manfaat Pemantulan Bunyi
Skema: Hukum Pemantulan Bunyi

Bunyi pantul sanggup memperkuat bunyi orisinil jikalau jarak dinding pantul tidak jauh dari sumber bunyi. Misalnya, bunyi kereta api dikala masuk terowongan akan terdengar semakin kuat.

Dari uraian itu sanggup disimpulkan bahwa berpengaruh bunyi yang didengar tergantung pada

a. amplitudo sumber bunyi;

b. jarak antara sumber bunyi dengan pendengar;

c. resonansi yang terjadi;

d. serta adanya dinding pemantul yang sesuai.

2. Macam-macam bunyi pantul


a. Bunyi pantul yang memperkuat bunyi asli

Suara gurumu di dalam kelas akan lebih keras dibandingkan dengan bunyi guru olah ragamu di lapangan. Itu dikarenakan bunyi di dalam ruangan akan dipantulkan oleh dinding-dinding ruangan.

b. Gaung atau kerdam

Bunyi pantul yang datangnya hanya sebagian yang bersamaan dengan bunyi orisinil sehingga bunyi orisinil menjadi tidak terang disebut gaung atau kerdam.

Gaung atau kerdam dapat terjadi di gedung bioskop, gedung pertunjukan, gedung pertemuan, studio radio, dan lain-lain. Untuk menghindari terjadinya gaung, pada dinding gedung-gedung tersebut biasanya dilapisi materi yang sanggup meredam bunyi disebut materi akustik. Misalnya, kain wol, kapas, karton, papan karton, gabus, dan karet busa.

c. Gema

Bunyi pantul sanggup terdengar dengan terang ibarat bunyi aslinya alasannya yakni antara bunyi pantul dengan bunyi orisinil tidak saling mengganggu. Hal ini dimungkinkan jikalau jarak antara dinding pemantul dengan sumber bunyi jauh.

Karena jarak yang jauh, bunyi akan berjalan menempuh jarak yang jauh. Waktu yang dipakai untuk memantul juga lama.Ketika bunyi orisinil sudah simpulan diucapkan, bunyi pantul mungkin masih di perjalanan.

Akibatnya, bunyi pantul terdengar terang sehabis bunyi asli. Bunyi pantul yang terdengar terang sehabis bunyi orisinil disebut gema. Gema sanggup terjadi di lereng-lereng gunung atau di lembah-lembah.

3. Manfaat bunyi pantul


a. Pengukuran jarak dengan gema

Dalam satu sekon biasanya sanggup diucapkan lima suku kata. Berapa waktu yang diharapkan untuk mengucapkan satu suku kata? Untuk mendapat gema dari satu suku kata, bunyi pantul harus tiba secepat-cepatnya sehabis 1/5 sekon, yaitu sehabis suku kata tersebut simpulan diucapkan.

Dengan demikian, selama 1/5 sekon bunyi telah menempuh jarak dua kali jarak antara sumber bunyi dan dinding pemantul. Jadi, untuk 1 suku kata, jarak dinding pemantul adalah
d = 1/10 v
Untuk n suku kata, jarak dinding pemantul adalah
d = 1/10 nv
Waktu terdengar gema, artinya bunyi telah menempuh jarak tersebut pergi-pulang. Jika jarak d dan waktu yang dibutuhkan t maka kecepatan bunyinya adalah
v = 2d/t atau d = vt/2

b. Pengukuran kedalaman bahari dengan pemantulan bunyi

Bagaimana mengukur kedalaman laut? Sebuah sumber getar yang disebut osilator dipasang pada dinding kapal bab bawah. Di erat osilator dipasang hidrofon, yaitu alat yang sanggup menangkap getaran.

Untuk mengukur kedalaman laut, osilator digetarkan. Getaran ultrasonik yang dihasilkannya diarahkan ke dasar laut. Oleh dasar laut, getaran ini dipantulkan dan diterima hidrofon.

Sebuah alat pencatat akan mencatat selang waktu antara getaran dikirim dan getaran pantul yang diterima. Jika cepat rambat bunyi di air bahari diketahui maka kedalaman bahari sanggup dihitung.

Baca juga: Contoh Resonansi Bunyi
Sumber https://www.berpendidikan.com
Buat lebih berguna, kongsi:

Trending Kini:

Contoh Permintaan Pengajian Pelantikan Masjid / Mushola

Contoh Undangan Pengajian Peresmian Masjid / Musholla. Surat undangan merupakan surat yang memberitahukan, mengajak, suatu usul atau permo...